Menyusun teks biografi dapat dilakukan dengan berdasarkan identitas tokoh yang ada. Sebagai seorang tokoh biasanya memiliki jasa, karya, dan segala hal yang dihasilkan atau dilakukan oleh seorang tokoh dijelaskan dalam teks biografi. Identitas tokoh tersebut diantaranya adalah nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, riwayat pendidikan, serta masalah dan peristiwa yang pernah dialami oleh tokoh tersebut. Dari identitas tokoh tersebut dapat disusun menjadi teks biografi dengan cara menghubungkan bagian-bagian tersebut sesuai dengan struktur teks biografi.
Struktur teks biografi dimulai dengan orientasi, lalu peristiwa dan masalah kehidupan tokoh dan terakhir reorientasi. Orientasi merupakan tahap pengenalan tokoh secara umum, biasanya berada pada bagian awal teks. Di sini yang menjadi topik bahasan seperti nama, tempat dan tanggal tokoh dilahirkan, latar belakang keluarga tokoh yang dibahas.
Peristiwa dan masalah merupakan penjelasan mengenai peristiwa-peristiwa yang pernah dialami sosok tokoh yang dibahas. Bagian ini berisi pengalaman tokoh baik pengalaman menyenangkan, menyedihkan, dan sebagainya. Persoalan, masalah yang menghampiri kehidupan tokoh dan peristiwa yang mengesankan juga diuraikan disini.
Reorientasi merupakan tahap yang berisikan pandangan-pandangan penulis terhadap tokoh yang dibahas. Bagian ini bersifat opsional artinya bisa ada bisa juga tidak ada. Berikut ini adalah contoh identitas tokoh sastrawan WS Rendra.
Biografi | Jawab |
Nama Lengkap | W.S. Rendra |
Tempat dan tanggal lahir | Solo, 7 November 1935 |
Riwayat Pendidikan | SMA St. Josef, Solo |
Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM, Yogyakarta | |
American Academy of Dramatical Art, New York, USA | |
Karya | Drama : a) Orang-Orang di Tikungan Jalan, b) Sekda dan Mastodon dan Burung Kondor, c) Oedipus Rex, d) Kasidah Barzanji, e) Perang Troya Tidak Akan Meletus |
2. Puisi : a) Jangan Takut Ibu, dan b) Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan) | |
3. Sajak : a) Rick dari Corona, b) Potret Pembangunan dalam Puisi, c) Pesan Copet kepada Pacarnya, d) Rendra: Ballads and Blues Poem (Terjemahan), e) Perjuangan Suku Naga, f) Blues untuk Bonnie, h) State of Emergency, g) Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api, h) Mencari Bapak, i) Rumput Alang-Alang, dan j) Surat Cinta | |
Penghargaan | Sebagai sastrawan besar, W.S. Rendra banyak mendapat penghargaan. : 1). Hadiah Puisi dari Badan Musyawarah, 2) Kebudayaan Nasional (1957), 3) Anugerah Seni dari Departemen P & K (1969), dan 4) Hadiah Seni dari Akademi Jakarta (1975) |
Kembangkanlah data singkat W.S. Rendra di atas menjadi sebuah teks biografi. Kamu ingat bahwa teks biografi itu memiliki struktur (1) orientasi, (2) peristiwa dan masalah, dan (3) reorientasi.
Struktur Teks | Kalimat |
Orientasi | WS Rendra merupakan penyair kenamaan Indonesia yang dilahirkan di Solo pada tanggal 7 November 1935. Nama lahir WS Rendra adalah Willibrordus Surendra Broto, ayahnya bernama R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan ibunya bernama Raden Ayu Catharina Ismadillah. WS Rendra menikah pertama kali dengan Sunarti Suwandi pada 31 Maret 1959 itu, Dari istri pertamanya Rendra mendapat lima anak yaitu Theodorus Setya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa, dan Clara Sinta. Setelah menikah, WS Rendra kepincut dengan salah satu muridnya di Bengkel Teater yang bernama Bendoro Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat. Mereka menikah pada tanggal 12 Agustus 1970. Dari pernikahan keduanya dengan Sitoresmi, Rendra dikaruniai empat anak yaitu Yonas Salya, Sarah Drupadi, Naomi Srikandi, dan Rachel Saraswati. Rendra juga menikahi seorang gadis bernama Ken Zuraida sebagai istri ketiga, akan tetapi pernikahan ketiganya ini harus dibayar mahal dengan mengorbankan dua istri terdahulunya yaitu Sitoresmi dan Sunarti. WS Rendra harus rela menceraikan dua istrinya ini pada tahun 1979 karena tak menyetujui Rendra memiliki istri ketiga. Dari pernikahannya yang ketiga, Rendra mendapat dua anak yaitu Isaias Sadewa dan Maryam Supraba. |
Peristiwa dan Masalah | WS Rendra menghabiskan masa kecil hingga SMA nya di Solo dengan bersekolah TK hingga SMA di Sekolah Katolik St. Yosef. Setelah lulus SMA WS Rendra pindah ke Jakarta demi meneruskan sekolah di Akademi Luar Negeri, namun ternyata sekolahan tersebut telah tutup. WS Rendra meninggalkan Jakarta menuju kota impiannya yaitu Yogyakarta. Pilihannya jatuh pada Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada. Di fakultas ini, bakat seninya semakin tertempa dengan baik namun ia tak bisa menyelesaikan studinya di sini. Ws Rendra kemudian mendapat tawaran beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA). Ia pun kemudian pergi ke Amerika pada tahun 1954 untuk mengambil beasiswa tersebut. Di Amerika, Rendra tak hanya berkuliah namun juga sering mengikuti seminar tentang seni dan kesusastraan atas undangan pemerintah AS di Harvard University. Sepulang dari Amerika Serikat, Rendra sempat mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Rendra juga aktif membintangi sejumlah pertunjukan teater, yang di antaranya adalah Orang-orang di Tikungan Jalan, SEKDA, Mastodon dan Burung Kondor, Hamlet, Macbeth, Oedipus Sang Raja, Kasidah Barzanji dan Perang Troya Tidak Akan Meletus. Ia pertama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah pada saat itu.. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun '60-an dan tahun '70-an. Beberapa puisi karya WS Rendra antara lain: Jangan Takut Ibu, dan Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan). Selain puisi, WS Rendra juga menciptakan sajak. Sajak-sajak karyanya antara lain : Rick dari Corona, Potret Pembangunan dalam Puisi, Pesan Copet kepada Pacarnya, Rendra: Ballads and Blues Poem (Terjemahan), Perjuangan Suku Naga, Blues untuk Bonnie, State of Emergency, Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api, Mencari Bapak, Rumput Alang-Alang, dan Surat Cinta. WS Rendra juga terkenal dengan sebutan "Si Burung Merak". Sebutan tersebut berawal ketika Rendra kedatangan tamu dari Australia. Ketika Rendra menemani tamunya yang dari Australia untuk berkeliling ke Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta, Rendra melihat seekor merak jantan yang sedang berjalan dengan diapit dua betinanya. Melihat itu, Rendra langusung berseru dengan tertawa terbahak-bahak Itu Rendra! Itu Rendra!. Mulai saat itulah julukan Si Burung Merak melekat pada dirinya. WS Rendra meninggal dunia di RS Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis 6 Agustus 2009 pukul 22.10. Ia menderita penyakit jantung koroner. Dimakamkan setelah shalat Jumat 7 Agustus 2009 di TPU Bengkel Teater Rendra, Cipayung, Citayam, Depok. |
Reorientasi | Itulah WS Rendra dengan segala kelebihan prestasi dan kontroversi kehidupannya. Kita patut mengacungi jempol untuk berbagai prestasi dan penghargaan yang berhasil diraihnya. Sebagai sastrawan besar, W.S. Rendra banyak mendapat penghargaan yaitu "Hadiah Puisi dari Badan Musyawarah", "Kebudayaan Nasional (1957)", "Anugerah seni dari Departemen P&K (1969), dan "Hadiah seni dari Akademi Jakarta (1975) |