Jumat, 03 Januari 2020

Kelas 6, Tema 4, Subtema 3, Pembelajaran 1, Revisi 2018

Bagaimana kita dapat bersaing di tingkat dunia tanpa meninggalkan kebudayaan lokal yang menjadi identitas bangsa Indonesia? Globalisasi adalah masa di mana arus informasi begitu cepat menyebar ke berbagai belahan dunia. Kebudayaan dan gaya hidup dari berbagai penjuru dunia kemudian dengan mudah dapat kita ketahui. Kondisi tersebut akan memudahkan generasi Indonesia untuk meniru beragam kebudayaan asing tersebut.

“Berfikir global dan bertindak lokal” adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk tidak menjadi korban di era globalisasi. Sebagai bangsa Indonesia kita harus melestarikan nilai-nilai luhur budaya kita, yang kemudian digunakan untuk dapat bersaing di tingkat dunia. Kita memang perlu berpikir secara global, dan akan lebih indah jika kita bertindak secara lokal. Berpikir global diawali dengan kesadaran bahwa kita merupakan warga dari suatu masyarakat di mana kita tinggal, warga desa/kota, warga propinsi, warga negara Indonesia, warga dari kelompok negara-negara Asean, dan juga sekaligus warga dunia. Globalisasi sebagai kerangka acuan (referensi) untuk tindakan-tindakan yang kita lakukan secara lokal, sesuai dengan tempat kita berpijak, sehingga kita tidak melambung yang membuat kita jatuh dalam kehancuran.  Mari kita mulai dengan berpikir global dan bertindak lokal.

Ayo Membaca
Baca teks eksplanasi ilmiah berikut dengan teliti.

Indonesia Luncurkan Program Akademi Energi Surya Pertama
di Asia Tenggara
Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) meluncurkan “Solar Academy” pertama di Asia Tenggara, yaitu institusi pendidikan dan pelatihan tenaga surya. Peluncuran ini ditandai dengan penyelenggaraan seminar “Solar Energy for Our Future” pada Selasa 24 Juli 2012 di Universitas Indonesia. Seminar dihadiri oleh para pakar energi dari Jerman, wakil dari ASEAN, serta pemerintah selaku penentu kebijakan energi nasional. Seminar membahas tentang potensi, perkembangan, serta penggunaan energi terbarukan tenaga surya di Indonesia dan di Asia Tenggara. Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara merupakan negara kaya potensi sumber energi terbarukan, khususnya tenaga surya. Namun potensi pemanfaatan tenaga surya tersebut belum optimal.

Sel surya merupakan lempengan tipis terbuat dari silikon yang dapat mengubah langsung cahaya matahari menjadi energi listrik. Lempengan sel surya tersebut diberi muatan postif dan muatan negatif. Saat cahaya mengenai lempengan tersebut, kemudian akan memicu muatan positif untuk bertemu dengan muatan negatif sehingga terjadilah arus listrik. Saat ini penggunaan sel surya masih terbatas hanya dalam skala kecil seperti pada barang-barang elektronik dan sebagai pembangkit listrik pada daerah-daerah yang masih sulit dijangkau oleh jaringan listrik. Terbatasnya pengguna sel surya dikarenakan biaya untuk membuat lempengan silikon cukup tinggi. Dengan perkembangan teknologi, diharapkan dapat ditemukan cara untuk meningkatkan efisiensi kerja dari sel surya.

Pendirian Akademi Surya ini merupakan wujud nyata kepedulian UI yang diharapkan dapat menjawab permasalahan bangsa Indonesia mengenai krisis energi saat ini. Usaha mencari sumber energi alternatif yang bersih, tidak berpolusi, aman, dan dengan persediaan yang tidak terbatas, sebagai pengganti bahan bakar fosil perlu terus diupayakan, di antaranya adalah energi surya. Di era globalisasi ini, dengan adanya kebutuhan energi yang makin besar, penggunaan sumber energi listrik yang beragam tampaknya tidak bisa dihindari.
Kutipan berita dari: news.detik.com

Tuliskan informasi penting dalam setiap paragraf dari teks tersebut:

Paragraf 1:
Topik Masalah
  • Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) meluncurkan “Solar Academy” pertama di Asia Tenggara, yaitu institusi pendidikan dan pelatihan tenaga surya.
Paragraf 2: 
Deret Penjelas
Jawab:
  • Saat ini penggunaan sel surya masih terbatas hanya dalam skala kecil seperti pada barang-barang elektronik dan sebagai pembangkit listrik pada daerah-daerah yang masih sulit dijangkau oleh jaringan listrik. 
  • Terbatasnya pengguna sel surya dikarenakan biaya untuk membuat lempengan silikon cukup tinggi. 
Paragraf 3:
Simpulan dan pesan/pendapat pribadi penulis
Jawab:
Pendirian Akademi Surya merupakan wujud nyata kepedulian UI yang diharapkan dapat menjawab permasalahan bangsa Indonesia mengenai krisis energi saat ini. Dan usaha mencari sumber energi alternatif yang bersih, tidak berpolusi, aman, dan dengan persediaan yang tidak terbatas, sebagai pengganti bahan bakar fosil perlu terus diupayakan, di antaranya adalah energi surya.

Di era globalisasi ini, semakin banyak teknologi canggih yang ditemukan. Hampir seluruh penemuan tersebut menggunakan energi, khususnya listrik. Namun, akhir-akhir ini pasokan listrik semakin berkurang akibat semakin menipisnya sumber energi untuk memproduksi listrik seperti minyak bumi, gas, batu bara, dan panas bumi.

Salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah mencari sumber energi alternatif yang bersih, aman, bebas polusi, dan selalu tersedia tanpa batas.
Salah satu bentuk energi alternatif tersebut adalah sel surya. Kamu telah membaca sedikit informasi tentang prinsip dasar dari cara kerja sel surya.

Sekarang, amati cara kerja panel listrik tenaga surya berikut.
Diskusikan bersama teman, tentang proses kerja sel surya.

Proses kerja sel surya;
Ketika cahaya matahari mengenai panel surya, cahaya akan diserap oleh sel tersebut, hal ini berarti bahwa energi cahaya yang diserap telah ditransfer ke bahan semikonduktor yang berupa silikon pada panel surya. Untuk mendapatkan arus listrik, maka tiap sel surya harus dihubungkan. Hubungan ini kemudian di arahkan ke sebuah electric Box System. Dari sini listrik disalurkan ke rumah-rumah.