Jumat, 03 Januari 2020

Gempa Bumi dan Akibatnya

Mas Sugeng
Gempa bumi adalah getaran atau getar getar yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik (wikipedia). Gempa bumi dapat terjadi karena peristiwa tektonisme, vulkanisme, dan runtuhan. Akibat yang ditimbulkan oleh ketiga jenis gempa tersebut berbeda-beda. Pusat-pusat gempa bumi di Indonesia terletak pada wilayah yang dilalui deretan pegunungan muda dunia. Wilayah itu kita sebut dengan wilayah busur dalam dan busur luar. Pusat gempa bumi terdapat di wilayah daratan dan laut, yang sebagian besar terjadi di laut sehingga gempa di negara kita tidak sesering di Jepang yang pusat gempanya berada di daratan.

Pertama akan kita bahas adalah Gempa Tektonik. Gempa tektonik terjadi akibat peristiwa pergerakan lapisan kulit bumi atau adanya patahan akibat pergerakan lempeng bumi sehingga terjadi pemindahan atau pergeseran yang tiba-tiba di lapisan kulit bumi. Pemindahan atau pergeseran itu menimbulkan getaran di permukaan bumi yang disebut gempa tektonik. Gempa tektonik terjadi di wilayah yang luas karena pergeseran lempeng kulit bumi. Gempa tektonik sangat berbahaya karena gerakannya cepat dan kuat meliputi wilayah yang luas sehingga sering menimbulkan kerusakan pada rumah dan gedung. Akibat yang ditimbulkan gempa tektonik sangat membahayakan karena merusak bangunan, muka bumi (retak, longsor, merosot), dan lingkungan. Kerusakan terjadi karena getarannya sangat kuat dan singkat hingga dapat merobohkan bangunan yang tidak tahan gempa. Wilayah korban gempa ini sangat luas, terutama bila gempa tersebut kuat.
Pada daerah subduksi terjadi pemampatan dalam waktu yang lama. Pemampatan ini semakin keras yang meliputi wilayah luas dan karena tekanan yang terus-menerus hingga terjadi gempa dahsyat, seperti gempa Flores 1992, Nabire 2004, Alor 2004, dan di Samudra Hindia yang lebih dikenal sebagai Gempa Aceh 2004. Gempa dahsyat yang terjadi di dasar laut akan diikuti oleh tsunami (bahasa Jepang), yaitu gelombang panjang di pelabuhan atau gelombang laut periode panjang. Gelombang panjang ini dapat mencapai 800–1.000 km per jam pada laut dalam dan di daratan mencapai 80 km per jam. Gelombang ini membentuk gelombang tinggi dan menghancurkan ketika mendekati dan mencapai garis pantai.

Tsunami terjadi bukan hanya oleh gempa tektonik, melainkan juga disebabkan oleh runtuhnya kepundan gunung api di laut yang meletus, seperti Gunung Krakatau tahun 1883. Ciri terjadinya tsunami di daerah pantai adalah getaran kuat akibat gempa dan permukaan air laut surut, kemudian diikuti dengan gelombang laut tinggi sehingga menimbulkan suara gemuruh. Tsunami terjadi ketika massa air laut secara tiba-tiba terguncang dan permukaan dasar laut berubah akibat gempa. Akibatnya, massa air laut dan permukaan air berubah hingga massa air mencapai keseimbangan dan mengakibatkan terjadinya gelombang tinggi ke arah pantai. Hal inilah yang disebut tsunami. Gelombang laut menyapu daerah pantai hingga pedalaman. Gelombang laut akan terjadi susul-menyusul hingga mencapai daerah pantai. Jarak daerah pantai yang rusak akibat tsunami dapat mencapai 5–10 km. Jarak ini tergantung dari kondisi daerah pantai. Bila di daerah pantai ada hutan bakau atau benda yang dapat menahan gelombang maka daerah yang rusak sedikit. Pada umumnya, akibat dari tsunami sangat dahsyat karena gelombang laut yang tinggi menyapu dan menghanyutkan seluruh benda yang dilaluinya.
Alat untuk mengukur kekuatan gempa bumi adalah seismograf. Hasil catatannya disebut seismogram. Skala Omori, skala Mercalli, atau skala Richter merupakan satuan yang digunakan untuk menunjukkan kekuatan gempa bumi.
Gempa Vulkanik dan Runtuhan
a. Gempa vulkanik adalah getaran di permukaan bumi yang disebabkan oleh peristiwa keluarnya magma dari dapur magma. Peristiwa magma keluar dari dapur magma, baik hanya di lapisan kulit bumi maupun sampai permukaan bumi menyebabkan getaran disebut magma vulkanik. Getaran gempa vulkanik terbatas di tubuh gunung api dan di daerah sekitarnya. Bahaya dari gempa vulkanik adalah bahan-bahan yang dikeluarkan oleh letusan gunung vulkanik, seperti batu-batuan, debu, lahar, dan gas beracun. Akibat gempa vulkanik dapat membahayakan makhluk hidup dan lingkungan yang disebabkan oleh bahan letusan. Bila vulkanik berada di laut maka dapat menimbulkan gelombang pasang seperti Gunung Krakatau. Pada umumnya, wilayah korban letusan vulkanik meliputi wilayah sempit (sekitar gunung api) dibandingkan dengan gempa tektonik. Lokasi atau daerah gempa vulkanik terdapat di seluruh gunung api di Indonesia.

b. Gempa runtuhan atau terban adalah getaran yang dirasakan di permukaan bumi akibat adanya tanah longsor, atap gua runtuh, atau tanah runtuh di lubang pertambangan yang menimbulkan getaran di muka bumi. Akibat gempa ini hanya dirasakan di sekitar gempa runtuhan atau bersifat lokal. Namun, akibat yang dirasakan dapat menimbulkan kematian bagi manusia yang tertimbun dan merusak bangunan di sekitar gempa runtuhan.
Gempa akibat letusan gunung api disebut gempa bumi vulkanik. Gunung api meletus mengeluarkan bahan padat atau eflata (batu besar, batu kerikil, pasir, abu atau debu); bahan cair (lava: magma meleleh di luar lereng gunung; lahar/lumpur panas = campuran magma dan air; lahar dingin, aliran lumpur dingin, terutama jika terjadi hujan); bahan gas atau ekshalasi (solfatar, fumarol, mofet). Gejala atau tanda gunung api meletus adalah terjadi gempa, terdengar suara gemuruh dalam tanah, suhu di sekitar kawah naik, sumber mata air kering, binatang berpindah, tumbuhan sekitar kawah hangus, dan ekshalasi semakin hebat.

Manfaat gunung api adalah abu vulkanik dapat meremajakan dan menyuburkan tanah di sekitar letusan, bahan galian/tambang terdapat di daerah bekas letusan, dan hasil letusan digunakan sebagai bahan bangunan serta objek rekreasi.

Gempa atau bencana alam terjadi melalui suatu proses dan bukan terjadi secara tiba-tiba. Gempa yang berkekuatan besar dapat diprediksi mengenai tempat sumber gempa, kekuatan, dampak, dan berapa lama perulangan gempa. Namun, kapan waktu dan di mana lokasi gempa itu akan terjadi secara lebih tepat belum dapat diprediksi. Oleh karena itu, dilakukan upaya untuk mengurangi dampak atau akibat buruknya. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 1990 mencanangkan Dekade Internasional untuk Reduksi Bencana Alam. Mitigasi merupakan upaya penjinakan dampak bencana yang dilakukan untuk menekan serendah mungkin akibat yang ditimbulkan gempa atau bencana alam dengan mengenal ciri dari gempa atau bencana alam yang terjadi. Mitigasi merupakan upaya penyelamatan diri dari bahaya bencana alam. Mitigasi dapat dilakukan sebelum gempa, saat gempa, dan setelah gempa.

Gempa bumi yang dapat dirasakan di Indonesia dan dunia,

  1. 6 Maret 2007–Gempa bumi tektonik mengguncang Provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Laporan terakhir menyatakan 79 orang tewas.
  2. 27 Mei 2006–Gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological Survey melaporkan 6,2 pada skala Richter; lebih dari 6.000 orang tewas, dan lebih dari 300.000 keluarga kehilangan tempat tinggal.
  3. 8 Oktober 2005–Gempa bumi besar berkekuatan 7,6 skala Richter di Asia Selatan, berpusat di Kashmir, Pakistan; lebih dari 1.500 orang tewas.
  4. 26 Desember 2004–Gempa bumi dahsyat berkekuatan 9,3 skala Richter mengguncang Aceh dan Sumatra Utara sekaligus menimbulkan gelombang tsunami di Samudra Hindia.
  5. 26 Desember 2003–Gempa bumi kuat di Bam, barat daya Iran berukuran 6,5 pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari 41.000 orang tewas.
  6. 21 Mei 2002–Di utara Afghanistan, berukuran 5,8 pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas.
  7. 26 Januari 2001–India, berukuran 7,9 pada skala Richter dan menewaskan 2.500 orang, ada juga yang mengatakan jumlah korban mencapai 13.000 orang.
  8. 21 September 1999–Taiwan, berukuran 7,6 pada skala Richter, menyebabkan 2.400 orang tewas.
  9. 17 Agustus 1999–barat Turki, berukuran 7,4 pada skala Richter dan merenggut 17.000 nyawa.
  10. 25 Januari 1999–Barat Kolombia, pada magnitudo 6 dan merenggut 1.171 nyawa.
  11. 30 Mei 1998–Di utara Afghanistan dan Tajikistan dengan ukuran 6,9 pada skala Richter menyebabkan sekitar 5.000 orang tewas.
  12. 17 Januari 1995–Di Kobe, Jepang dengan ukuran 7,2 skala Richter dan merenggut 6.000 nyawa.
  13. 30 September 1993–Di Latur, India dengan ukuran 6,0 pada skala Richter dan menewaskan 1.000 orang.
  14. 21 Juni 1990–Di barat laut Iran, berukuran 7,3 pada skala Richter, merengut 50.000 nyawa.
  15. 7 Desember 1988–barat laut Armenia, berukuran 6,9 pada skala Richter dan menyebabkan 25.000 kematian.
  16. 19 September 1985 - Di Meksiko Tengah dan berukuran 8,1 pada Skala Richter, merenggut lebih dari 9.500 nyawa.
  17. 16 September 1978 - Di timur laut Iran, berukuran 7,7 pada skala Richter dan menyebabkan 25.000 kematian.
  18. 28 Juli 1976–Tangshan, Cina, berukuran 7,8 pada skala Richter dan menyebabkan 240.000 orang terbunuh.
  19. 4 Februari 1976–Di Guatemala, berukuran 7,5 pada skala Richter dan menyebabkan 22.778 terbunuh.
  20. 29 Februari 1960–Di barat daya pesisir Pantai Atlantik di Maghribi pada ukuran 5,7 skala Richter, menyebabkan kira-kira 12.000 kematian dan memusnahkan seluruh Kota Agadir.
  21. 26 Desember 1939–Wilayah Erzincan, Turki pada ukuran 7,9, dan menyebabkan 33.000 orang tewas.
  22. 24 Januari 1939–Di Chillan, Cile dengan ukuran 8,3 pada skala Richter, 28.000 kematian.
  23. 31 Mei 1935–Di Quetta, India pada ukuran 7,5 skala Richter dan menewaskan 50.000 orang.
  24. 1 September 1923 - Di Yokohama, Jepang pada ukuran 8,3 skala Richter dan merenggut sedikitnya 140.000 nyawa.
Jendela Info;

Upaya penyelamatan diri apabila terjadi gempa, yaitu segera keluar dari rumah atau segera berlindung di bawah meja di dalam rumah. Lindungilah kepala dengan tangan supaya kepala aman dari benda yang jatuh karena akan menimpa tangan lebih dulu sehingga tidak berbahaya. Bangunan rumah yang dirancang tahan gempa ada di Jepang.

Upaya penyelamatan diri dari tsunami, yaitu dengan mengenali ciri atau gejala tsunami yang hanya terjadi di laut dan daerah pantai. Bila terjadi gempa kuat kemudian terdengar suara seperti suara bom atau gemuruh dan disusul dengan surutnya air laut secara tiba-tiba, segera hindari daerah pantai, bergegaslah menuju daerah yang lebih tinggi. Harta benda tidak perlu diselamatkan karena nyawa lebih penting.

Tsunami dapat dideteksi dengan menerapkan Tsunami Risk Evaluation Through Seismic Moment from Realtime Systems atau Tremors dan pengukuran pasang surut air laut lewat analisis gempa dan tsunami. Melalui Tremors dapat diprediksi 15 menit sebelum tsunami datang sehingga ada waktu untuk menyelamatkan diri bagi manusia. Tremors ini sudah ada di Samudra Pasifik dan di Samudra Hindia yang berfungsi sejak tahun 2006. Indikasi lain yang menunjukkan gejala tsunami adalah hewan-hewan secara alami akan menjauhi pantai.


Upaya penyelamatan daerah pantai (daratan) secara alami dapat dilakukan melalui penanaman hutan bakau di pantai. Tetapi, pada umumnya daerah pantai dimanfaatkan oleh manusia dengan membabat hutan bakau sehingga tidak ada sesuatu pun yang dapat menahan air apabila terjadi gelombang pasang. Untuk itu, daerah pantai perlu dijaga kelestariannya, terutama pohon bakau yang bermanfaat untuk melindungi pantai dari gelombang laut.


Untuk mengetahui atau memprediksi waktu akan terjadinya letusan gunung api, dilakukan pengukuran dan pemantauan aktivitas gunung berapi. Kegiatan yang dilakukan, antara lain pengukuran gempa, pemantauan perubahan bentuk muka gunung, pengukuran suhu air di kepundan gunung dan temperatur di puncak gunung, serta mengamati perilaku hewan di sekitar gunung. Berdasarkan data ini maka perkiraan waktu akan terjadi gunung api meletus dapat diketahui sehingga dapat dilakukan tindakan penyelamatan. Pada tahun 2002 terdapat 129 gunung aktif, 15 di antaranya termasuk gunung kritis untuk meletus. Gunung api ini tersebar di seluruh pulau Indonesia.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan gempa adalah masyarakat membangun rumah atau gedung tahan gempa, seperti yang dilakukan di Jepang. Upaya lain yang dilakukan di daerah letusan gunung api adalah membuat pospos pengamatan, mengungsikan penduduk, dan membatasi wilayah (zona) yang dapat dihuni oleh manusia.

Jendela Info
Sebelum gempa

  1. Menentukan tempat-tempat berlindung yang aman jika terjadi gempa bumi, seperti kolong meja.
  2. Menyediakan air minum untuk keperluan darurat. Kebutuhan air minum biasanya 2 sampai 3 liter sehari untuk satu orang.
  3. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang sangat dibutuhkan di tempat pengungsian. Barang-barang yang sangat diperlukan dalam keadaan darurat, misalnya, lampu senter berikut baterai cadangannya, air minum, kotak P3K berisi obat penghilang rasa sakit, plester, pembalut, dan sebagainya, makanan yang tahan lama (biskuit), sejumlah uang tunai, buku tabungan, korek api, lilin, helm, pakaian dalam, barang-barang berharga yang harus dibawa saat keadaan darurat.
  4. Mengencangkan mebel yang mudah rubuh, langit-langit atau dinding dengan menggunakan logam berbentuk siku atau sekrup agar tidak mudah rubuh di saat terjadi gempa bumi.
  5. Mencegah kaca jendela atau kaca lemari pakaian agar tidak pecah berantakan di saat gempa bumi dengan menempelkan kaca film.
  6. Mencari tahu lokasi tempat evakuasi dan rumah sakit terdekat.

Saat Gempa

  1. Matikan api kompor jika Anda sedang memasak. Matikan juga alat-alat elektronik yang dapat menyebabkan timbulnya api.
  2. Utamakan keselamatan terlebih dahulu. Jika terjadi kerusakan pada tempat Anda berada, segeralah mengungsi ke tempat pengungsian terdekat.
  3. Jika berada di ruangan, tetap tenang dan tidak terburu-buru keluar dari rumah atau gedung. Tunggu sampai gempa mereda dan sesudah agak tenang, ambil tas ransel berisi barang-barang keperluan darurat dan keluar dari rumah/ gedung menuju tanah kosong.
  4. Jika berada di luar ruangan/rumah, menjauh dan carilah tempat yang bebas dari bangunan, pohoh, atau dinding.
  5. Jika Anda harus berjalan di tengah jalan raya, berhati-hatilah terhadap papan reklame yang jatuh, tiang listrik yang tiba-tiba rubuh, kabel listrik, pecahan kaca, atau benda yang berjatuhan dari atas gedung.
  6. Pastikan tidak ada anggota keluarga yang tertinggal pada saat pergi ke tempat evakuasi.
  7. Jika gempa bumi terjadi pada saat Anda sedang menyetir kendaraan, jangan sekali-kali mengerem mendadak atau menggunakan rem darurat. Jangan berhenti di dekat pompa bensin, di bawah kabel tegangan tinggi, atau di bawah jembatan penyeberangan.

Setelah gempa

  1. Tetap gunakan alas kaki agar kaki terhindar dari pecahan-pecahan yang membahayakan.
  2. Periksa apa ada luka atau anggota keluarga perlu perawatan lanjut.
  3. Periksa aliran/pipa gas untuk mengecek kebocoran, jika berbau gas tutup sumbernya, jangan menyalakan api.
  4. Periksa kerusakan pada bangunan dan hindari bangunan yang mungkin runtuh.
  5. Nyalakan radio/televisi dan dengarkan pengumuman pemerintah.
  6. Bersiap menghadapi kemungkinan gempa-gempa susulan.