Kamis, 20 Agustus 2020

Membandingkan Pola Pengembangan dan Penggunaan Bahasa Dalam Cerpen dan Fabel

Alur (plot) merupakan bagian dari unsur intrinsik suatu karya sastra. Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Alur bisa dikategorikan dalam tiga kategori, yakni kronologis (alur maju/progresif), tak kronologis (mundur/sorot balik/flash-back), dan alur campuran (secara garis besar dalam cerita terdapat alur maju, tetapi di dalamnya sering terdapat adegan-adegan sorot balik).
 merupakan bagian dari unsur intrinsik suatu karya sastra Membandingkan Pola Pengembangan dan Penggunaan Bahasa Dalam Cerpen dan Fabel
Tahap Alur
Di dalam sebuah alur, ada beberapa tahapan-tahapan yang terbagi ke dalam lima bagian cerita, yakni;
  • Perkenalan. Pada bagian ini, penulis mulai memperkenalkan tokoh-tokoh, latar yang ada di dalam cerita itu.
  • Pemunculan masalah. Pada tahap ini, penulis mulai memperkenalkan masalah yang akan dihadapi oleh tokoh utamanya.
  • Menuju konflik. Penulis mulai mengarahkan tokoh utama masuk ke dalam konflik yang telah dia perkenalkan sebelumnya.
  • Ketegangan. Pada tahapan inilah yang menjadi inti dari sebuah cerita di dalam tokoh utama sedang berada di dalam sebuah masalah yang sangat menegangkan.
  • Penyelesaian. Setelah melewati puncak masalah, penulis mulai membawa jalan cerita menuju penyelesaian masalah itu. Apakah cerita itu akan berakhir bahagia atau malah sebaliknya. Semua itu merupakan keputusan penulisnya.
Selain alur, pola pengembangan cerita bisa berupa cerita dalam bentuk dialog atau narasi. Pola pengembangan cerita juga bisa berupa penyebutan tokoh.

Bahasa dalam cerpen dan fabel akan berbeda. Cerpen umumnya menggunakan bahasa pop sesuai tuntutan zaman. Sementara, bahasa yang digunakan fabel menggunakan bahasa melayu dan bahasa Indonesia.

Adapun dalam mengidentifikasi unsur kebahasaan teks fabel, perlu memperhatikan dan memahami ciri-ciri kebahasaan teks fabel. Ada beberapa ciri kebahasaan dalam teks fabel, yakni menggunakan hewan sebagai tokoh utama dan bisa bertingkah seperti manusia, menunjukkan penggambaran moral dan kritik tentang kehidupan di dalam ceritanya, penceritaan yang pendek dan menggunakan pilihan kata yang mudah, menceritakan antara karakter manusia yang lemah dan kuat, menggunakan setting alam, dan memuat informasi berdasarkan khayalan (fiksi).