Sabtu, 04 Januari 2020

Kisah Terjadinya Jakarta

Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia.Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527 1619), Batavia (1619-1942), Jakarta Toko Betsu Shi (1942-1945) dan Djakarta (1945-1972). Ternyata nama Jakarta mempunyai sejarah yang panjang. Meskipun sekarang Sunda Kelapa hanyalah nama salah satu pelabuhan di Jakarta, daerah ini sangat penting karena desa di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa adalah cikal-bakal kota Jakarta.

Pada zaman Karajaan Hindu Pajajaran, daerah Jakarta bernama Sunda Kelapa. Sunda Kelapa adalah kota pelabuhan. Banyak pedagang dari Palembang, Makassar, Madura, dan Demak singgah untuk mengirim barang-barang ke berbagai daerah dan negara. Keramaian pelabuhan Sunda Kelapa tersebut menarik perhatian Portugis. Mereka mulai menduduki Sunda Kelapa pada tanggal 21 Agustus 1522. Mereka membuat benteng dan ingin menguasai Sunda Kelapa.

Kerajaan Demak menganggap perjanjian persahabatan Sunda-Portugal tersebut sebagai sebuah ancaman baginya. Pada masa ini, Portugis kemudian diserang oleh Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Fatahillah. Fatahillah sebenarnya berasal dari Kerajaan Samudra Pasai, di Aceh. Dia baru kembali dari Mekkah untuk memperdalam agama Islam. Sesampai di tanah air, dia sangat sedih tanah airnya diduduki oleh Portugis.

Keinginannya untuk mengusir Portugis semakin kuat. Namun, ia tidak langsung menyerang Portugis di Sunda Kelapa. Awalnya dia pergi ke Banten dan menyebarkan agama Islam di sana. Kemudian, dia pindah ke Demak. Kedudukan Fatahillah makin kuat. Akhirnya pada tanggal 22 Juni 1527, ia memimpin pasukan Demak menyerbu Portugis di Sunda Kelapa.

Dengan gagah berani dan pantang menyerah, Pasukan Demak akhirnya berhasil mengalahkan Portugis. Portugis pun meninggalkan Sunda Kelapa dan Fatahillah berkuasa. Sejak saat itu, Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta. Nama itu dipakai untuk mengenang kemenangan pasukan Demak melawan Portugis dan tanggal 22 Juni ditetapkan sebagai hari jadi Jakarta.

Pada akhir abad ke-16, bangsa Belanda mulai menjelajahi dunia dan mencari jalan ke timur. Mereka menugaskan Cornelis de Houtman untuk berlayar ke daerah yang sekarang disebut Indonesia. Eskspedisinya walaupun biayanya tinggi dianggap berhasil dan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) didirikan. Pada tanggal 30 Mei 1619, Jayakarta direbut Belanda di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen yang sekaligus memusnahkannya. Di atas puing-puing Jayakarta didirikan sebuah kota baru. dengan nama Batavia. Sejak abad ke-20, Batavia menjadi pusat kekuasaan Belanda.

Sejak Jepang berkembang menjadi negara Imperialis, sudah lama Jepang menginginkan daerah-daerah di bagian selatan seperti kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, dan Pasifik Barat yang memang dikenal sebagai daerah penghasil bahan baku. Oleh karena itu, penyerbuan ke Pearl Harbour pada tanggal 8 Desember 1941 dimaksudkan untuk melumpuhkan kekuatan Amerika Serikat di Pasifik, sehingga ekspansi Jepang ke Negara-negara selatan berjalan lancar dan aman.

Jepang menguasai kawasan Asia Tenggara, dengan tujuan menjadikan kawasan Aasia Tenggara sebagai sumber bahan mentah bagi industri perang dan pertahanannya. Pada tanggal 11 Januari 1942, pasukan Jepang mendarat pertama kali tepatnya di Tarakan, Kalimantan Timur. Selanjutnya menduduki Balikpapan, Palembang, dan Plaju. Tanggal 1 Maret 1942, Jepang menduduki tiga kota di pulau Jawa yaitu: Teluk Banten, daerah pantura, dan kota Pasuruan.
Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia Kisah Terjadinya Jakarta
Pada tanggal 5 Maret 1942 tentara Jepang berhasil menguasai Batavia. Karena semakin terdesak serta tidak adanya bantuan dari Amerika Serikat. Keadaan ini memaksa Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda Van Starkenborgh Stachouwer, menyerah tanpa syarat terhadap tentara Jepang pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura dalam sebuah pertemuan di Kalijati tanggal 8 Maret 1942. Pertemuan ini mengakhiri kekuasaan kolonial Belanda dan menempatkan Jepang sebagai penguasa baru atas Indonesia.

Pada masa pendudukan oleh bala tentara Dai Nippon yang mulai pada tahun 1942, Batavia diubah namanya menjadi Jakarta. Setelah bala tentara Dai Nippon keluar pada tahun 1945, nama ini tetap dipakai oleh Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

Sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah wali kota ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (Dati I). Pada tahun 1961, status Jakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno. Pada masa Orde Baru, nama Sunda Kelapa dipakai kembali. Sunda Kelapa dipakai lagi secara resmi sebagai nama pelabuhan.