Budidaya pembesaran ikan konsumsi dilakukan untuk mendapatkan ikan siap konsumsi atau ukuran yang diinginkan konsumen. Budidaya pembesaran ikan konsumsi dilakukan untuk memenuhi permintaan konsumsi ikan yang semakin meningkat. Kebutuhan ikan untuk konsumsi berasal dari ikan air tawar, payau dan laut. Sebelum melakukan kegiatan budidaya ikan konsumsi dilakukan perlu terlebih dahulu mengetahui karakteristik ikan yang akan dibudidayakan. Dengan mengetahui karakteristik ikan yang akan kita budidayakan kita akan dapat memilih jenis ikan dan wadah yang tepat sehingga budidaya yang kita lakukan dapat berhasil.
Jenis-jenis ikan konsumsi dibedakan menjadi ikan air tawar, ikan air payau, dan ikan air laut. Ikan konsumsi adalah jenis-jenis ikan yang lazim dikonsumsi sebagai pangan oleh manusia. Ikan konsumsi juga dapat dikelompokkan berdasarkan upaya memperoleh ikan tersebut seperti penangkapan langsung dari alam dan hasil pembudidayaan. Beberapa jenis ikan konsumsi antara lain sebagai berikut.
a. Ikan air tawar
Ikan air tawar adalah ikan yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau. Budidaya pembesaran ikan air tawar didominasi oleh ikan mas, lele, patin, nila dan gurami. Jenis ikan tersebut banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia juga banyak dikembangkan jenis ikan lain seperti belut dan nilam.
1. Ikan Mas
Pembudidayaan ikan mas relatif mudah dan sifatnya yang tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan. Nama ikan mas mempunyai sebutan berbeda di tiap daerah. Ikan mas, tombro, masmasan (jawa tengah dan jawa timur), ikan rayo atau ikan ameh (Sumatra Barat). Ikan mas cocok dikembangkan di lingkungan tropis seperti Indonesia. Suhu ideal bagi pertumbuhannya antara 23-30 derajat celcius. Ikan ini bisa dibudidayakan dalam kolam tanah, kolam air deras dan jaring terapung.
Ikan mas berbadan agak memanjang pipih kesamping dan lunak. Ikan ini menyukai habitat air yang tidak terlalu dalam dan deras, seperti di pinggiran sungai atu danau. Ikan ini hidup pada ketinggian sampai 600 meter dpl (di atas permukaan laut). Makanan ikan mas antara lain, tumbuhan air, binatang renik. Makanan utamanya tumbuhan yang tumbuh di dasar perairan.
Pemijahan ikan mas dapat dilakukan sepanjang tahun tidak tergantung musim. Pembenihan ikan mas biasa dilakukan, selama 2-3 minggu untuk benih siap didederkan. Pembesaran ikan mas dilakuan saat benih sudah berukuran 5-8 cm yang berasal dari hasil pendederan. Pembesaran ikan mas dilakukan 3-4 bulan, sesuai ukuran ikan yang menjadi tujuan panen.Selama pembesaran ikan, diberi pakan tambahan berupa pellet. Pemberian pakan dilakukan pagi, siang dan sore sedikit demi sedikit agar pakan tidak tenggelam ke dasar perairan/kolam.
2. Nila
Ikan nila merupakan ikan air tawar yang mudah dipelihara dan gangguan penyakitnya tidak begitu banyak dan pertumbuhannya sangat cepat. Ikan ini memiliki berbagai keunggulan, dengan varietas unggul yang dihasilkan antara lain, nila merah, nila gift, nila gesitt, nila nirwana. Nila dapat dibudidayakan di berbagai wadah seperti kolam air tenang, kolam air deras, dan sawah.
Bentuk badan ikan nila pipih ke samping memanjang, warna tubuh umumnya putih kehitaman dan merah sehingga dikenal sebagai nila hitam dan nila merah. Nila dapat dibudidayakan di dataran rendah sampai pada ketinggian 1.000 meter dpl. Makanan nila berupa plankton, dan tumbuh-tumbuhan lunak seperti hydrilla, dan ganggang sutera. Untuk pemeliharaan, nilai dapat diberi makanan tambahan berupa pellet.
Benih nila yang digunakan untuk pembesaran sebaiknya yang telah mencapai ukuran 8 -12 cm. Padat penebaran benih di kolam terpal antara 15 – 20 ekor/m2. Kedalaman air untuk kolam pembesaran 80 – 100 cm. Nila diberi pellet sebanyak 2-4% dari bobot biomassa ikan dan diberikan 3-5 kali sehari. Ikan nila dipelihara selama 4-5 bulan sehingga mencapai ukuran konsumsi 400-600 gram/ekor.
3. Lele
Lele mempunyai bentuk yang memanjang berkulit licin dengan kepala pipih, dengan empat pasang sungut, sirip ekor dan perut membundar. Lele dapat hidup di semua perairan air tawar, di sungai yang airnya tidak terlalu deras seperti danau, waduk, rawa, serta genangan kecil. Lele mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut labirin, terletak di bagian depan rongga insang yang memungkinkan mengambil oksigen langsung dari udara. Sehingga tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit oksigen.
Pakan ikan lele berupa pakan alami dan pakan tambahan. Pakan alami seperti cacing, kutu-kutu air, jentik-jentik (larva), dan siput kecil. Lele termasuk jenis karnivora (pemakan daging), pakan tambahan yang baik adalah yang banyak mengandung protein hewani.Ikan lele hidup dengan baik di dataran rendah sampai daerah perbukitan yang tidak terlalu tinggi. Pertumbuhan lele agak lambat apabila suhu tempat hidupnya terlalu dingin. Lele dipanen pada umur 3-4 bulan dengan barat rata-rata 200 gram/ekor.
4. Patin
Patin termasuk kelompok ikan catfish yang dapat hidup di perairan dengan kandungan oksigen relatif rendah. Patin sangat responsif terhadap pakan buatan serta memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga termasuk ikan yang berukuran besar.
Warna tubuh ikan patin bagian punggung keabuabuan atau kebiru-biruan dan bagian perut putih keperak-perakan, ukuran kepala relatif kecil dengan mulut terletak diujung agak ke bawah (gambar 3.14). Pada mulut patin terdapat dua pasang sungut (kumis) pendek yang berfungsi sebagai peraba. Pada sirip punggung terdapat 1 jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang besardan bergerigi, sirip dada juga terdapat 1 jari-jari keras yang juga berubah menjadi patil.
Patin adalah ikan omnivor (pemakan segala) dan cenderung menjadi karnivor (pemakan daging). Di alam, patin makan ikan-ikan kecil, cacing, serangga, biji-bijian, tumbuh-tumbuhan, rumput-rumputan dan udang kecil. Dalam pemeliharaan, patin dapat diberi pakan buatan berupa pelet.
5. Gurami
Bentuk tubuh gurami agak panjang, tinggi dan pipih ke samping dengan panjang maksimum 65 cm. Gurami banyak dibudidayakan di pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatra. Sebutan ikan gurami beragam di setiap daerah yakni gurami atau gurami di Jawa, kalau atau kaloi (Sumatra), dan kala atau
kalui (Kalimantan).
Gurami mudah berkembang di dataran rendah dengan ketinggian lokasi yang cocok untuk budidaya mulai dari 0-800 dpl dan suhu 24-28 0C. Ikan gurami peka terhadap suhu rendah, sehingga tidak produktif di suhu rendah. Gurami memijah pada umur 2-3 tahun, produktivitas telur meningkat di musim kemarau. Telur gurami akan menetas dalam selang waktu 10 hari. Gurami menyukai perairan yang jernih, tenang, dan tidak banyak mengandung lumpur.
Gurami termasuk hewan omnivora pemakan tumbuhan dan daging. Tumbuhan yang biasa dimakan yaitu azolla, kangkung, dan daun talas dengan pakan tambahan berupa pellet. Pemberian pakan dilakukan sebanyak-banyaknya. Pembesaran ikan gurami menggunakan benih dengan berat minimum 100 gram per ekor. Pembesaran dilakukan sampai berat ikan gurami minimal 500 gram atau lebih sesuai keinginan konsumen. Waktu yang diperlukan untuk mencapai ukuran konsumsi adalah 500 g/ekor pada selang waktu 6 bulan sedangkan berat 1 kg/ekor membutuhkan waktu lebih kurang 9 bulan.
b. Ikan air payau
Air payau adalah campuran antara air tawar dan air laut (air asin). Air payau ditemukan di daerah-daerah muara dan memiliki keanekaragaman hayati tersendiri Jenis ikan air payau yang biasa dikembangkan dengan deskripsi karakteristik adalah sebagai berikut.
1. Bandeng
Bandeng merupakan ikan air payau yang cukup terkenal dan mudah didapatkan.Dagingnya putih, seratnya halus, dan rasanya gurih. bandeng memiliki badan memanjang seperti torpedo dengan sirip ekor bercabang sebagai tanda tergolong ikan perenang cepat. Warna badannya putih keperak-perakan dengan punggung biru kehitaman.
Bandeng digolongkan jenis ikan herbivora karena memakan tumbuh-tumbuhan yang berupa plankton. Pada budidaya bandeng konsumsi bandeng dapat ditebar dengan kepadatan tinggi. Benih ukuran berat rata-rata 50g/ekor atau panjang 7-10 cm dapat ditebar 500 ekor/m3. Ukuran konsumsi akan mencapai berat rata-rata 450 g/ekor setelah dipelihara selama 4 bulan.
2. Udang Windu
Udang windu memiliki badan beruas berjumlah 13 dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang disebut eksoskeleton. Udang windu juga mempunyai sifat kanibal, yaitu memangsa sesama jenis yang lemah kondisinya. Udang berganti kulit secara periodik, udang muda lebih sering ganti kulit dibandingkan udang dewasa. Proses ini memberikan kesempatan kepada udang untuk tumbuh besar lebih besar.
Udang windu sangat menyukai kumpulan berbagai jenis ganggang dan binatang renik di dasar tambak sebagai makanannya, seperti cacing kecil, larva serangga, larva kerang dan ganggang. Pakan buatan atau pelet sangat penting diberikan, namun harus dipilih pelet yang tidak mudah hancur dalam waktu 24 jam karena cara makan udang yang tergolong lambat.
c. Ikan air laut
Budidaya pembesaran ikan air payau yang biasa dikembangkan adalah ikan berikut deskripsi karakteristik ikan konsumsi air payau.
1. Kakap putih
Ikan Kakap putih merupakan ikan katadromous (dibesarkan di air dan kawin di air laut). Sifat-sifat inilah yang menyebabkan ikan kakap putih dapat dibudidayakan di laut, tambak maupun air tawar.
Ikan kakap putih mempunyai badan memanjang, gepeng dan batang sirip ekor lebar, mata berwarna merah cemerlang, mulut lebar sedikit serong dengan geligi halus. Badan atas penutup insang terdapat lubang kuping begerigi, sirip punggung berjari-jari keras 3 dan lemah 7-8 serta memiliki bentuk sirip ekor bulat.
Lokasi yang baik untuk budidaya ikan kakap putih adalah daerah perairan teluk,lagoon dan perairan pantai yang terlindung dari angin dan gelombang dengan kedalaman berkisar antara 5-7 m serta bebas dari pencemaran. Pakan yang digunakan adalah ikan rucah(trash fish).
Benih ikan yang sudah mencapai ukuran 50-70 gram/ekor dari hasil pendederan, selanjutnya dipelihara dalam keramba dengan kepadatan penebaran 50 ekor/m3. Pembesaran dilakukan selama 5-6 bulan dan selama periode tersebut dilakukan pengelolaan terhadap kebersihan keramba secara rutin dan pengontrolan terhadap ikan secara berkala untuk menghindari sifat kanibalisme. Pemanenan dilakukan setelah ikan mencapai ukuran kurang lebih 500 gram/ekor dengan membutuhkan waktu 5-6 bulan.
2. Ikan Kerapu
Ikan Kerapu umumnya dikenal dengan istilah “groupers” memiliki nilai jual sangat tinggi. Kerapu mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi massal.
Bentuk tubuh kerapu agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan poterior. Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp. Pada tahap dewasa, kerapu hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar perairan pasir berlumpur.
Kerapu termasuk jenis ikan karnivora dan cara makannya “mencaplok” satu persatu makan yang diberikan. Pakan yang paling disukai yaitu krustaceae (rebon, dogol dan krosok), juga jenis ikan-ikan kecil(tembang, teri dan belanak).
Laju pertumbuhan kerapu bebek bisa mencapai 1-1,3 gram/hari sedangkan kerapu macan 2,5-3 gram/hari (Balai Budidaya Laut Lampung). Kerapu bebek yang dipelihara dengan berat awal 1,3 gram dan panjang total 4 cm akan mencapai berat antara 400- 500 gram selama 12-14 bulan, sedangkan kerapu macan dapat dipanen pada bulan ke 7 dengan berat kurang lebih 500 gram.
2. Nila
Ikan nila merupakan ikan air tawar yang mudah dipelihara dan gangguan penyakitnya tidak begitu banyak dan pertumbuhannya sangat cepat. Ikan ini memiliki berbagai keunggulan, dengan varietas unggul yang dihasilkan antara lain, nila merah, nila gift, nila gesitt, nila nirwana. Nila dapat dibudidayakan di berbagai wadah seperti kolam air tenang, kolam air deras, dan sawah.
Bentuk badan ikan nila pipih ke samping memanjang, warna tubuh umumnya putih kehitaman dan merah sehingga dikenal sebagai nila hitam dan nila merah. Nila dapat dibudidayakan di dataran rendah sampai pada ketinggian 1.000 meter dpl. Makanan nila berupa plankton, dan tumbuh-tumbuhan lunak seperti hydrilla, dan ganggang sutera. Untuk pemeliharaan, nilai dapat diberi makanan tambahan berupa pellet.
Benih nila yang digunakan untuk pembesaran sebaiknya yang telah mencapai ukuran 8 -12 cm. Padat penebaran benih di kolam terpal antara 15 – 20 ekor/m2. Kedalaman air untuk kolam pembesaran 80 – 100 cm. Nila diberi pellet sebanyak 2-4% dari bobot biomassa ikan dan diberikan 3-5 kali sehari. Ikan nila dipelihara selama 4-5 bulan sehingga mencapai ukuran konsumsi 400-600 gram/ekor.
3. Lele
Lele mempunyai bentuk yang memanjang berkulit licin dengan kepala pipih, dengan empat pasang sungut, sirip ekor dan perut membundar. Lele dapat hidup di semua perairan air tawar, di sungai yang airnya tidak terlalu deras seperti danau, waduk, rawa, serta genangan kecil. Lele mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut labirin, terletak di bagian depan rongga insang yang memungkinkan mengambil oksigen langsung dari udara. Sehingga tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit oksigen.
Pakan ikan lele berupa pakan alami dan pakan tambahan. Pakan alami seperti cacing, kutu-kutu air, jentik-jentik (larva), dan siput kecil. Lele termasuk jenis karnivora (pemakan daging), pakan tambahan yang baik adalah yang banyak mengandung protein hewani.Ikan lele hidup dengan baik di dataran rendah sampai daerah perbukitan yang tidak terlalu tinggi. Pertumbuhan lele agak lambat apabila suhu tempat hidupnya terlalu dingin. Lele dipanen pada umur 3-4 bulan dengan barat rata-rata 200 gram/ekor.
4. Patin
Patin termasuk kelompok ikan catfish yang dapat hidup di perairan dengan kandungan oksigen relatif rendah. Patin sangat responsif terhadap pakan buatan serta memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga termasuk ikan yang berukuran besar.
Warna tubuh ikan patin bagian punggung keabuabuan atau kebiru-biruan dan bagian perut putih keperak-perakan, ukuran kepala relatif kecil dengan mulut terletak diujung agak ke bawah (gambar 3.14). Pada mulut patin terdapat dua pasang sungut (kumis) pendek yang berfungsi sebagai peraba. Pada sirip punggung terdapat 1 jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang besardan bergerigi, sirip dada juga terdapat 1 jari-jari keras yang juga berubah menjadi patil.
Patin adalah ikan omnivor (pemakan segala) dan cenderung menjadi karnivor (pemakan daging). Di alam, patin makan ikan-ikan kecil, cacing, serangga, biji-bijian, tumbuh-tumbuhan, rumput-rumputan dan udang kecil. Dalam pemeliharaan, patin dapat diberi pakan buatan berupa pelet.
5. Gurami
Bentuk tubuh gurami agak panjang, tinggi dan pipih ke samping dengan panjang maksimum 65 cm. Gurami banyak dibudidayakan di pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatra. Sebutan ikan gurami beragam di setiap daerah yakni gurami atau gurami di Jawa, kalau atau kaloi (Sumatra), dan kala atau
kalui (Kalimantan).
Gurami mudah berkembang di dataran rendah dengan ketinggian lokasi yang cocok untuk budidaya mulai dari 0-800 dpl dan suhu 24-28 0C. Ikan gurami peka terhadap suhu rendah, sehingga tidak produktif di suhu rendah. Gurami memijah pada umur 2-3 tahun, produktivitas telur meningkat di musim kemarau. Telur gurami akan menetas dalam selang waktu 10 hari. Gurami menyukai perairan yang jernih, tenang, dan tidak banyak mengandung lumpur.
Gurami termasuk hewan omnivora pemakan tumbuhan dan daging. Tumbuhan yang biasa dimakan yaitu azolla, kangkung, dan daun talas dengan pakan tambahan berupa pellet. Pemberian pakan dilakukan sebanyak-banyaknya. Pembesaran ikan gurami menggunakan benih dengan berat minimum 100 gram per ekor. Pembesaran dilakukan sampai berat ikan gurami minimal 500 gram atau lebih sesuai keinginan konsumen. Waktu yang diperlukan untuk mencapai ukuran konsumsi adalah 500 g/ekor pada selang waktu 6 bulan sedangkan berat 1 kg/ekor membutuhkan waktu lebih kurang 9 bulan.
b. Ikan air payau
Air payau adalah campuran antara air tawar dan air laut (air asin). Air payau ditemukan di daerah-daerah muara dan memiliki keanekaragaman hayati tersendiri Jenis ikan air payau yang biasa dikembangkan dengan deskripsi karakteristik adalah sebagai berikut.
1. Bandeng
Bandeng merupakan ikan air payau yang cukup terkenal dan mudah didapatkan.Dagingnya putih, seratnya halus, dan rasanya gurih. bandeng memiliki badan memanjang seperti torpedo dengan sirip ekor bercabang sebagai tanda tergolong ikan perenang cepat. Warna badannya putih keperak-perakan dengan punggung biru kehitaman.
Bandeng digolongkan jenis ikan herbivora karena memakan tumbuh-tumbuhan yang berupa plankton. Pada budidaya bandeng konsumsi bandeng dapat ditebar dengan kepadatan tinggi. Benih ukuran berat rata-rata 50g/ekor atau panjang 7-10 cm dapat ditebar 500 ekor/m3. Ukuran konsumsi akan mencapai berat rata-rata 450 g/ekor setelah dipelihara selama 4 bulan.
2. Udang Windu
Udang windu memiliki badan beruas berjumlah 13 dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang disebut eksoskeleton. Udang windu juga mempunyai sifat kanibal, yaitu memangsa sesama jenis yang lemah kondisinya. Udang berganti kulit secara periodik, udang muda lebih sering ganti kulit dibandingkan udang dewasa. Proses ini memberikan kesempatan kepada udang untuk tumbuh besar lebih besar.
Udang windu sangat menyukai kumpulan berbagai jenis ganggang dan binatang renik di dasar tambak sebagai makanannya, seperti cacing kecil, larva serangga, larva kerang dan ganggang. Pakan buatan atau pelet sangat penting diberikan, namun harus dipilih pelet yang tidak mudah hancur dalam waktu 24 jam karena cara makan udang yang tergolong lambat.
c. Ikan air laut
Budidaya pembesaran ikan air payau yang biasa dikembangkan adalah ikan berikut deskripsi karakteristik ikan konsumsi air payau.
1. Kakap putih
Ikan Kakap putih merupakan ikan katadromous (dibesarkan di air dan kawin di air laut). Sifat-sifat inilah yang menyebabkan ikan kakap putih dapat dibudidayakan di laut, tambak maupun air tawar.
Ikan kakap putih mempunyai badan memanjang, gepeng dan batang sirip ekor lebar, mata berwarna merah cemerlang, mulut lebar sedikit serong dengan geligi halus. Badan atas penutup insang terdapat lubang kuping begerigi, sirip punggung berjari-jari keras 3 dan lemah 7-8 serta memiliki bentuk sirip ekor bulat.
Lokasi yang baik untuk budidaya ikan kakap putih adalah daerah perairan teluk,lagoon dan perairan pantai yang terlindung dari angin dan gelombang dengan kedalaman berkisar antara 5-7 m serta bebas dari pencemaran. Pakan yang digunakan adalah ikan rucah(trash fish).
Benih ikan yang sudah mencapai ukuran 50-70 gram/ekor dari hasil pendederan, selanjutnya dipelihara dalam keramba dengan kepadatan penebaran 50 ekor/m3. Pembesaran dilakukan selama 5-6 bulan dan selama periode tersebut dilakukan pengelolaan terhadap kebersihan keramba secara rutin dan pengontrolan terhadap ikan secara berkala untuk menghindari sifat kanibalisme. Pemanenan dilakukan setelah ikan mencapai ukuran kurang lebih 500 gram/ekor dengan membutuhkan waktu 5-6 bulan.
2. Ikan Kerapu
Ikan Kerapu umumnya dikenal dengan istilah “groupers” memiliki nilai jual sangat tinggi. Kerapu mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi massal.
Bentuk tubuh kerapu agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan poterior. Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp. Pada tahap dewasa, kerapu hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar perairan pasir berlumpur.
Kerapu termasuk jenis ikan karnivora dan cara makannya “mencaplok” satu persatu makan yang diberikan. Pakan yang paling disukai yaitu krustaceae (rebon, dogol dan krosok), juga jenis ikan-ikan kecil(tembang, teri dan belanak).
Laju pertumbuhan kerapu bebek bisa mencapai 1-1,3 gram/hari sedangkan kerapu macan 2,5-3 gram/hari (Balai Budidaya Laut Lampung). Kerapu bebek yang dipelihara dengan berat awal 1,3 gram dan panjang total 4 cm akan mencapai berat antara 400- 500 gram selama 12-14 bulan, sedangkan kerapu macan dapat dipanen pada bulan ke 7 dengan berat kurang lebih 500 gram.